Look

Selasa, 27 Juli 2010

Menebar Sedekah dengan Cinta



Oleh: Nurrahman Effendi

Tebarlah sedekah atas dasar cinta yang tulus. Dia akan berbuah kasih sayang dan lebih berkah. Rasulullah saw menekankan bahwa sedekah yang paling afdhal adalah untuk kelurga kita yang paling membutuhkan. Banyak keutamaan yang terkandung di balik sedekah yang demikian itu.
Allah akan memberikan reward khusus bagi mereka yang bersedekah tanpa menyinggung perasaan orang yang menerimnay, seperti yang termaktub dalam surat Al-Baqara ayat (262). “Orang yang menyedekahkan hartanya di jalan Allah, kemudian tidak mengiringi apa yang disedekahkannya itu dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti (perasaan si penerima), mereka memperoleh pahala di sisi Tuhan mereka. Tidak ada rasa takut pada mereka dan tidak mereka bersedih hati.”

Saya akan menceritakan pengalaman saya pribadi. Satu hari lagi batas akhir pembayaran uang kuliah saya waktu itu. Uang yang saya pegang waktu itu pas dengan besarnya uang SPP yang harus saya bayarkan. Kakak tertua saya menelepon dari kampung, mengatakan tidak ada lagi uang untuk biaya adik saya yang baru masuk di IAIN Imam Bonjol, Padang. Tanpa ragu, saya bagi dua uang itu sebagiannya saya transfer ke rekening kakak saya itu.
Demi Allah, hari itu juga saya dapat ganti dari seorang teman yang meminjamkan uang untuk menutupi kekurangan SPP saya. Tidak hanya itu, empat hari kemudian saya dihubungi panitia bahwa tulisan saya masuk sebagai pemenang. Dan hadiah sayembara penulisan itu belasan kali lipat dari uang yang saya sedekahkan. Inilah bukti kemahapemurahan Allah. Tidak akan ada yang sia-sia setiap rupiah yang kita sedekahkan.

Demi mencapai tingkatan ikhlas, Rasulullah saw menganjurkan sedekah tidak hanya kepada anggota keluarga yang begitu dekat dan amat kita cintai. Namun juga kepada anggota keluarga yang tidak begitu baik hubungannya dengan kita. Mungkin ada permasalahan pribadi yang membekas di hati Anda dengannya, yang kemudian berbuntut tidak saling menghargai dan mencintai. Terciptalah jarak yang kaku, hubungan yang dingin, miskin tegur sapah. Terlepas dari semua dasar permasalahan itu, Rasulullah saw menyarankan Anda untuk memperbaiki keretakan dan kebekuan itu dengan terlebih dahulu mengulurkan sedekah atau bantuan kepadanya. Inilah sedekah yang paling utama. Yakinlah, inilah sedekah yang utama dan penuh berkah.

Sedekah yang paling utama adalah yang diberikan kepada keluarga dekat yang bersikap memusuhi (HR Thabrani dan Abu Daud).

Penulis Buku : The Power of Wisdom Kitab Hikmah Buah Keimanan (Grafindo, 2008)

Syukurilah Lautan Nikmat Allah



Oleh: Joni Lis Efend


“Jika kamu menghitung nikmat Allah, niscaya kamu tidak dapat menghitungnya.”
(QS. Ibrahim: 34)

Berbahagilah atas segala nikmat yang telah Allah anugerahkan kepada kita. Semua yang ada pada diri kita, sungguh tak akan sanggup kita menyebutkan satu per satu apalagi mengukur kadar kegunaannya untuk mendukung kehidupan kita.

Berapa volume oksigen per menit yang masuk ke dalam paru-paru kita, yang kemudian diangkut darah ke seluruh tubuh yang digunakan untuk pembakaran energi sehingga mampu menupang aktivitas metabolisme tubuh dan gerak anggota badan. Duhai sekiranya jantung Anda berhenti berdetak tiga detik saja, orang-orang akan datang mengkafani, menshalatkan dan mengantarkan jenazah Anda ke pemakaman. Betapa tak sanggup kita mengukur sampai batas mana nikmat mata, yang menjadi jendela terindah antara kita dengan dunia sekitar. Dengan mata, kita mampu menikmati aneka warna bunga, hijau rerumputan, taburan kerlip bintang-bintang di langit malam tanpa awan, menyaksikan rupa lengkung pelangi yang menjadi perisai tujuh warna yang aduhai dan indahnya bulu-bulu burung dan binatang peliharaan.

Sekiranya Allah menarik nikmat penciuman hidung, tentu kita tidak akan mampu mendeteksi harumnya melati, lembutnya wangi parfum, nikmatnya aroma makanan. Selera kita akan hambar, sensitifitas kita pada ruangan yang berpengharum lavender tak terasa dan yang kita rasakan hanya kedataran. Begitu juga indra peraba, halus kasarnya permukaan bumi Allah dan benda-benda yang kita punyai. Alangkah tak beruntungnya kita ketika tak mampu merasakan lembutnya belaian kasih orang-orang tercinta lantaran indra peraba kita lagi bermasalah.
Lalu, nikmat Allah yang mana lagi yang sanggup kita dustakan?
Ketika pikiran dan akal kita tak lagi bekerja normal, alamat kesia-siaan hidup akan mendera kita saban hari. Kerja tubuh tak stabil dan seimbang, menyebabkan kegoncangan emosi dan jiwa. Berapa banyak orang-orang yang mendekam di ruangan pengap berjeruji ketika Allah menarik nikmat waras pada akal pikirannya. Derajat manusianya, orang-orang tak menganggapnya penting karena hampir tak mampu melakukan komunikasi verbal yang layak. Kadang-kadang dia menangis tersedu-sedu, dalam detik yang lain terbahak sejadi-jadinya lalu mengoceh tak tentu ujung pangkal. Bayangkanlah, seperti apa diri kita ketika nikmat waras itu dicabut dan kita menjadi salah satu penghuni kamar berjeruji rumah sakit jiwa.

Biliunan sel syaraf otak kita, bekerja miliaran kali lebih canggih dan cepat daripada komputer sesuper hebat apapun, yang mengatur segala fungsi kerja organ tubuh. Otak kita mampu mengatur tempo dan keseimbangan anggota tubuh, mengendalikan kerja emosi, seni, intelegensi, dan kecapakan sosial, serta mampu menyadari dan mengidentifikasi personalitas kita ketika melakukan hubungan dengan dunia luar, dan dalam tahap-tahap tertentu mampu menangkah esensi ketuhanan yang absurd. Lalu, bagaimana bisa kita menganggap semua yang ada pada diri kita tidak ada gunanya sama sekali atau itu bukanlah nikmat yang besar.
“Pada dirimu sendiri, apakah kamu tidak memperhatikan?”
(QS. Adz-Dzariyat: 21)

Dalam diri kita, Allah menanamkan kesanggupan dan kesigapan untuk dapat mempertahankan diri kita dalam kehidupan dunia ini. Diri kita sebenarnya telah memiliki mentalitas, motivasi dan kehausan untuk dapat berprestasi, menjadi lebih hebat dan pemimpin. Karena untuk itu, Allah telah menyiapan seperangkap alat kerja biologis yang super canggih. Tidakkah kita mengamati dalam-dalam bagaimana kerja tangan, kaki, mulut, pikiran, akal dan hati kita, yang semua itu adalah modal personal kita untuk meraih kesuksesan dan kebahagian hidup. Namun tak jarang kita mengabaikannya. Dan, menganggap bahwa modal itu harus berupa modal yang besar, kepercayaan orang lain atau sogokan semangat dari orang-orang yang kita anggap sangat berhasil di bidangnya. Lalu, kita benar-benar jadi frustasi dab stres lantaran tidak memenuhi kriteria sukses seperti figur yang kita idolakan itu.

Betapa naifnya cara pandang yang sempit seperti itu. Padahal Allah telah memberikan kapasitas dan kapabilitas yang setara antara setiap manusia. Hanya saja, bagi mereka yang tak mengenalnya yang kemudian tidak memanfaatkannya secara optimal, tentu mereka akan masuk ke dalam kelompok orang-orang kalah, yang selalu menyalahan nasib dan ketidakadilan Tuhan. Betapa piciknya pikiran yang demikian.
“Tidakkah kamu perhatikan sesungguhnya Allah telah menundukkan untukmu apa yang ada di langit dan di bumi, dan Dia menyempurnakan untukmu nikmat-Nya lahir dan batin.”
(QS. Lukman: 20)

Maka, dengan cara seperti apa kita masih tetap mempertanyakan ketidakadilan Allah dan manafikan semua nikmatnya yang ada pada diri kita. Hanya orang-orang yang mampu mensyukuri nikmat Allah pada dirinya dan memanfaatkan segala potensi yang dimilikinya, yang akan mendapat keberhasilan dan keuntungan yang besar.

Bab I dari Buku Chocolate of Happiness karya Joni L. Efendi Terbitan Diva Press, Agustus 2009

Jumat, 23 Juli 2010

Realitas Kuantum dan Nasib



By: Nurrahman Effendi

Beranjak lebih dalam lagi, kita akan memasuki sebuah dimensi yang sungguh amat menganggumkan. Kita akan mengunjungi sebuah bagian yang bernama “halte perenungan”. Dinamakan halte perenungan karena di sinilah kita merenung sejenak, memanfaatkan menit-menit sebelum jemputan yang ditunggu datang, tentang hakikat kebaradaan diri kita di antara miliran galaksi dan triliunan bintang-bintang.by Nurrahman Effendi

Pada halte ini juga Anda akan memutuskan bus mana yang hendak Anda tumpangi. Saran saya, jangan memasrahkan kepada penjual tiket untuk memilihkan bus untuk Anda. Pilihlah bus eksekutif yang cepat dan nyaman, jangan mau kalau dikasih tiket bus kelas ekonomi. Mumpung Anda masih punya kesempatan untuk memilih. Kenapa tidak digunakan sebaik-baiknya?
Kelihatan sepintas agak rumit untuk merumuskan tentang konsep nasib. Apalagi membawasertakan kuantum. Bagai menggabungkan minyak dengan air. Berpijak dari asumsi inilah, saya beranikan diri untuk menulis sesuatu yang “sukar” menurut perkiraan Anda itu. Suatu yang perlu kita ketahui, manusia memang doyan berpikir sufistik dan kompleks. Padahal ada cara lain yang lebih simpel dan renyah. Untuk apa berumit-rumit ria kalau ada rumus gampangnya.

Coba perhatikan apa yang ada di sekitar Anda. Adakah sesuatu yang dapat Anda pegang? Ya, tidak usah jauh-jauh. Pegang buku yang ada di genggaman Anda ini kuat-kuat. Buku ini adalah contoh yang baik. Karena Anda sudah memiliki dan menggenggamnya, tidak ada orang yang marah kalau Anda ingin memperlakukannya sesuka hati Anda. Kecuali jika Anda meminjamnya dari teman atau perpustakaan, itu baru memancing masalah.
Perhatikan baik-baik buku ini. Anda akan sependapat dengan saya, bahwa inilah contoh benda yang kasatmata, sesuatu yang dapat dilihat, dipegang dan dijatuhkan (asal jangan disobek). Kalau kita membayangkan sebuah piramida struktur materi, benda adalah berada pada bagian pangkalnya. Kemudian menyusul molekul (senyawa), atom dan partikel. Urutan dari benda sampai partikel adalah materi yang tampak, yang merupakan hardward.

Kalau bisa kita analogikan, benda sama dengan nasib. Maka secara jelas, nasib masing-masing orang pasti tidak sama. Nyatanya, kembali ke buku, ada buku yang super tebal ribuan halaman dan tipis belasan halaman, berukuran besar, sedang dan mungil, jenis kertanya juga tidak sama sesuai dengan seberapa besar uang yang Anda serahkan kepada kasir sewaktu membelinya. Begitu juga dengan nasib dari masing-masing kita.
Perbedaan ini didasarkan pada berbedanya bahan-bahan penyusun benda (nasib) tersebut. Dalam hal ini, kita akan mempertanyakan sejauh mana kekuatan ikatan molekulnya. Orang akan membayar mahal untuk kayu jati dan cendana, karena kualitasnya nomor satu. Tapi tidak untuk kayu akasia yang lunak dan tidak tahan air, harganya hampir menyentuh tanah, yang hanya cocok dijadikan kayu chip untuk bubur kertas. Di sinilah letak perbedaan karakter (analogi dari molekul) antara orang kelas A (mental juara) dengan level D atau E (orang-orang tipekal minderan dan pesimistik).
Senyawa atau molekul tadi sepenuhnya ditentukan oleh atom (unsur) penyusunnya. Karakter yang baik dibangun dari kebiasaan-kebiasaan yang positif. Senyawa mewakili karakter, sedangkan unsur adalah analogi dari kebiasaan. Orang yang berkarekter juara sudah terbiasa menerima kekalahkan, akrab dengan dinamisasi proses untuk mendapatkan cara yang lebih baik dan sering terjatuh sebelum mampu berdiri mantap di kedua kakinya sendiri. Sedangkan orang yang pesimistik adalah mereka yang tidak terbiasa menerima kekalahan atau takut kalah sebelum bertanding. Kebiasaan bersumber dari tindakan dan prilaku yang dilakukan secara konsisten. Orang yang selalu menggunakan tangan kanannya untuk melakukan pekerjaan apapun, maka kebiasaannya menyuap makanan juga menggunakan tangan kanan. Kebiasaan bisa dilatih, misalnya Anda begitu sulit untuk shalat tahajud (shalat malam). Coba disiplinkan diri Anda bangun jam 3.30 dini hari setiap hari. Pada bulan ketiga, Anda tidak akan berat lagi untuk mendirikan shalat tahajud karena sudah terbiasa.

Nasib, karakter, kebiasaan dan tindakan atau prilaku merupakan bagian yang tampak dari luar, kasatmata. Kita menyebutnya sebagai faktor indrawi, yang bisa teramati oleh pancaindra kita atau yang bersifat badaniah. Bagian badaniah ini, sebenarnya tidak terlalu dominan untuk merubah kehidupan seseorang secara mendasar, misalkan dari orang miskin menjadi kaya. Karena tubuh fisik kita gerakannya lambat, dan bukan ia yang menentukan segalanya. Ada bagian lain, yang lebih dalam dan halus, dari tubuh kita yang sebenarnya pengendalikan semua kerja mekanis badaniah kita itu. Itulah perangkat softward tubuh kita, yang di dalamnya terangkai segenap sistem operasional dari tubuh kita (hardward). Dialah pikiran, perasaan dan hati (jiwa). Bagian inilah yang terletak dalam ruang-ruang hampa kuanta. Bagian inilah yang tidak tampak itu, tapi kedudukannya sangat vital. Di sinilah energi kehidupan yang luar biasa hebatnya itu bersemayam. Tugas Anda adalah untuk menggerakannya, mengubahnya dari gelombang menjadi sesuatu yang nyata.
Kalau kita mampu mengubah dan menggerakan energi vibrasi ini, kemungkinan besar kita dapat merubah semua perilaku, kebiasaan, karakter dan nasib kita. Sebenarnya ada dua cara untuk dapat merubah energi vibrasi itu, dengan tangan kita sendiri atau mengikutsertakan campur tangan kekuasaan yang Maha Berkehendak, Tuhan.

Dengan tangan kita sendiri, sudah sangat jelas maksudnya. Kerja apa saja yang kita lakukan sesuai dengan profesi kita atau yang kini sedang kita geluti adalah masuk kategori yang dimaksudkan di sini. Tingkatan kerja yang kita lakukan ini akan sangat mempengaruhi sebesar apa energi vibrasi yang bisa kita ubah. Perhatikan lalu renungkan ayat berikut ini.

Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan suatu kaum sebelum mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. Dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap suatu kaum, maka tak ada yang dapat menolaknya; dan tidak ada pelindung bagi mereka selain Dia. (QS Ar-Rad: 11)

Pada kalimat terakhir ayat di atas, bahwa sangat mudah bagi Allah untuk merubah keadaan suatu kaum (orang). Tapi posisi pertama tetap berada pada tangan orang yang bersangkutan, apakah dia ingin mengubah keadaan yang ada pada dirinya atau menerima saja apa yang ditakdirkan Allah atas hidupnya. Sama seperti seseorang yang menunggu di halte perenungan, apakah dia sendiri yang akan memilih bus atau dipilihkan oleh penjual tiket. Simpel saja, bukan?

Rumus sederhananya, jika Anda ingin mengubah nasib (realitas fisik) maka Anda harus mampu mengubah pikiran, perasaan dan hati (realitas kuantum) Anda terlebih dahulu. Pikiran, perasaan dan hati Andalah yang sebenarnya sebagai penyuplai energi yang tidak ada habisnya untuk mendukung kerja mekanis tubuh fisik Anda. Bukankah motivasi, optimisme, sensitifitas, emosional dan spiritualitas semuanya bersumber dari realitas kuantum ini?

Di sinilah letak bedanya antara seorang petani dengan salesman, seperti yang telah kita singgung pada bagian terdahulu. Seorang petani begitu sulit untuk kaya karena dalam pikirannya tertanam sebuah paradigma keliru, “Saya tidak mungkin kaya kalau cuma jadi petani.” Kenyataannya, apa yang terjadi persis sama dengan apa yang dia pikirkan. Ketika berpikir “tidak mungkin bisa”, maka energi vibrasi itu akan membentuk energi negatif sama persis dengan apa yang kita sketkan dalam pikiran kita.

Salesman tadi melihat dari sudut pandang yang berbeda, “Saya pasti bisa mencapai target penjualan.” Ketika dia berpikiran seperti itu, maka energi positif potensialnya akan bergerak ke arah sana. Kuanta akan mengubah dirinya menjadi optimisme sehingga mampu menggerakan anggota tubuh yang lain melakukan cara-cara kreatif untuk mendongkrak penjualan. Kuantanya lebih sensitif merasakan getaran vibrasi relasinya. Setiap kali dia hendak melakukan persentasi, selalu pada orang yang benar.

Sedangkan salesman yang tidak mampu memenuhi target, dia berpikiran tidak jauh beda dengan petani tadi, “Saya mungkin tidak bisa memenuhi target minggu ini.” Sehingga dia menjadi gugup dan tidak percaya diri. Dan mengambil langkah penyelamatan yang konyol, menawarkan produk kepada semua orang yang belum tentu berminat. Di sinilah, dia tidak dapat merasakan getaran kuantanya sendiri sehingga kesulitan menemukan pasangan gelombang kuanta pada orang lain (yang kemungkinan besar mau membeli produk yang ditawarkannya). Sedangkan mengenai pengemis tadi, sebentar lagi akan kita bincangkan di sini.

Ada sesuatu yang khas dari gelombang kuanta, dia akan berkecenderungan berkolaborasi dengan gelombang lain yang memiliki frekuensi yang sama. Realita yang tidak terbantahkan bahwa kita akan merasa nyaman ketika berada di dekat orang-orang yang memiliki kebiasaan, hobi, latar belakang, minat, cara pandang dan spiritualitas yang sama dengan kita. Sekarang urutkan nama-nama sahabat Anda, mulai dari paling akrab sampai cuma kenalan biasa. Semakin banyak kesamaan yang Anda miliki, maka semakin dekat persahabatan Anda dengan mereka. Rasulullah saw mengakatan bahwa ruh manusia (pada alam ruh) seperti tentara yang berbaris, dia akan mudah mengenali yang berbaju sama dengannya. Dan inilah sebuah fakta bahwa kita memiliki gelombang kuanta yang berfrekuensi sama dengan orang lain. Supaya pepatah lama mengatakan, birds with the same feathers flock together.

Sekarang kita akan ketuk pintu yang lain, pintu dari Sang Maha Berkehendak, Tuhan semesta alam. Ketika kita mengetuk pintu-Nya, Dia akan segera merespon apa yang kita inginkan. Tentunya ada trik tertentu yang harus kita lakukan. Pada tahapan ini, sebenarnya kita telah menyelam lebih dalam lagi. Setelah pikiran dan perasaan, sebenarnya ada lagi dimensi yang lebih halus dari itu, yakni hati (sumber spiritulitas tempat bersemayamnya God Spot). Kalau bisa dikatakan inilah bagian paling dalam dari bilik kuantum, yang menyimpan kebeningan dan juga kekeruhan sekaligus. Pemilahannya sepenuhnya berada di bawah kendali si empunya, yaitu Anda.

Rasulullah saw mengatakan bahwa hati inilah kunci penentu apakah seseorang baik atau tidak. Hati yang sehat akan mudah menangkap gelombang-gelombang ketauhidan. Sedangkan hati yang sakit, akan menjadi tumpul terhadap suara-suara kebaikan. Dan begitu sensitif untuk melakukan kemaksiatan dan dosa. Kalau saja Anda tidak menjaganya dengan baik, Anda akan kehilangan sesuatu yang paling berharga dalam diri Anda.
Kalau bisa digambarkan secara sederhana, hati adalah radio transmiter yang mampu menangkap gelombang kuanta. Gelombang kuanta ini berada pada frekuensi 99,0 AH. Jika radio transmiter Anda baik, maka putarlah tuningnya pada frekuensi 99,0 AH. Anda akan dapat mendengarkan pancaran energi kuanta alam raya. Sebenarnya energi kuanta itu selalu memancar setiap saat, masalahnya apakah Anda memutar cannelnya atau tidak.

Mekanisme inilah yang bekerja saat kita berdoa. Karena itulah, Allah mengajarkan kepada kita ketika memohon kepada-Nya untuk selalu berada pada frekuensi 99,0 AH ini. Allah memiliki Asma’ul Husna, maka bermohonlah kepada-Nya dengan menyebut Asma’ul Husna itu. (QS. Al-Araaf: 180)

Pada saat kita berdoa, pikiran sadar dan bawah sadar kita akan menimbulkan vibrasi yang sangat kuat. Frekuensi getarannya itu sangat ditentukan dengan tingkat iman seseorang. Besarnya energi vibrasi tersebut bisa diukur dengan alat-alat tertentu dan digolongkan dalam fase beta, alfa, delta, dan gamma. Saat yang paling khusyuk berdoa, otak memasuki fase delta, di mana otak bawah sadar kita bekerja dan mengaktifkan gelombang kuanta tubuh yang lain. Sudah dibuktikan dengan berbagai eksperimen, ketika seseorang yang sedang berdoa, energi vibrasi yang ‘dipancarkan’ otaknya bisa masuk ke frekuensi 99,0 AH ini. Dalam saat yang bersamaan, akan ada respon balik. Maka, sudah jadi jaminan bahwa Allah akan mengabulkan setiap permintaan hamba yang memohon kepada-Nya.

Pada waktu-waktu tertentu, sepertiga malam terakhir, adalah waktu paling mustazab dikabulkannya doa. Pada waktu inilah, frekuensi 99,0 AH paling bening. Sangat dianjurkan Anda bangun pada waktu ini lalu bermohon kepada Tuhan pada frekuensi ini. Yakinlah, doa Anda akan segera mendapat respon dan Allah mengabulkannya. Doa yang Anda kirimkan ini adalah semacam gelombang pengumpan untuk mengubah bentuk kuanta yang ada dalam diri Anda. Tapi yang melakukannya bukan diri Anda lagi tapi kekuasaan dari Yang Maha Berkehendak.

Sebagian besar radio transmiter (hati) manusia, senantiasa bermasalah. Penghalang tidak terkabulnya doa, ada di sini penyebabnya, yaitu diri kita sendiri. Dalam bahasa psikologis penghalang ini disebut psychological reversal atau mental block. Kalau Al-Qur’an menyebutnya dengan istilah hati yang berpenyakit. Sedangkan Al-Ghazali mengidentifikasi sebagai hati yang hampir mati, kalau sudah mati maka dia akan menolak kebaikan dan mencintai segala macam kemasiatan. Satu solusi yang ditawarkan Al-Ghazali untuk hati yang sudah mati, ganti dengan hati yang baru. Bagaimana cara mengganti hati?

Jawaban simpel saja, operasi hati. Bagaimana caranya?
Anda harus memiliki keberanian lebih untuk mengoperasi hati Anda itu dengan banyak-banyak berzikir dan berdoa. Namun sebelumnya Anda harus mengamputasinya dengan tobat sebenar-benar tobat (tobat nasuha). Untuk selanjutnya, Anda biasakan untuk banyak berzikir, berdoa dan juga bersedekah. Sedakah juga bisa dijadikan sebagai terapi penyakit hati.
Cara lain untuk dapat menangkap frekuensi 99,0 AH adalah dengan banyak-banyak bersyukur. Pada setiap saat kita dianjurkan mengucapkan hamdalah (Alhamdulillah), secara otomatis otak kita akan masuk pada fase khusyuk. Hati kita menjadi tentram dan lapang sehingga geteran vibrasinya sangat kuat.

Begitu juga dengan sedekah, ini adalah sebuah mekanisme yang sangat mengagumkan untuk menambah potensial energi vibrasi kuanta kesuksesan Anda. Allah akan memberikan balasan yang teramat cepat dari setiap sedekah yang Anda keluarkan. Kuanta dari apa yang Anda sedekahkan itu sebenarnya tidak berkurang tapi malah bertambah. Tanpa Anda duga-duga, kuanta itu akan kembali kepada Anda dalam jumlah yang jauh lebih besar. Dengan kekuatan yang besar itu, sangat memungkinkan untuk merubah nasib Anda dalam waktu yang amat cepat. Inilah bukti kekuasaan Allah yang langsung dipertunjukkan di hadapan hidung Anda. Beberapa keajaiban sedekah ini akan saya sajikan dalam bab keempat dan kelima.
Buku ini saya dedikasikan untuk membuktikan sebuah “keajaiban” yang benar-benar ada itu. Dan, banyak orang yang telah mengalaminya termasuk saya sendiri. Sedekah adalah cara yang paling jitu untuk menggambarkan bahwa Tuhan turut serta mengubah takdir Anda melalui kekuatan energi kuanta yang luar biasa. Sejatinya sedekah itu adalah menambah energi kuanta Anda sendiri bukan menguranginya.

Dalam realitas kuantum, tak ada benda yang benar-benar padat (kita misalkan sebagai uang) semuanya hanya ruang hampa. Energi kuanta yang tak pernah diam itu akan bertambah besar bila volumenya diperbesar. Sedekah akan memperbesar volume kuanta yang Anda miliki. Dengan volume yang besar, tentunya di dapat mengubah apa saja termasuk nasib Anda. Sedekah adalah modal nyata untuk menumpuk kekayaan material dan spiritual dalam diri Anda. Ketika Anda membuka lembaran-lembaran setelah bab ini, Anda akan menemukan sesuatu yang mengagumkan, sesuatu yang dapat mengubah hidup Anda untuk selamanya. Dan sesuatu itu adalah nyata dalam realitas kuantum yang mengagumkan.

Dikuti dari buku Quantum Sedekah: Trik Jitu Melejitkan Kekayaan dan Spiritual, karya Nurrahman Effendi, Terbitan Grafindo, November 2008

Jumat, 09 Juli 2010

Teladan Dakwah Rasulullah



Firman Allah SWT yang bermaksud

“Apakah kamu mengira bahawa kamu akan masuk syurga walhal belum datang cubaan kepadamu sebagaimana halnya orang-orang sebelum kamu? Mereka ditimpa oleh malapetaka dan kesengsaraan, serta digoncangkan (dengan berbagai cubaan),…” [Al-Baqarah:214]

Seorang Muslim yang beriman kepada Allah dan hari kiamat tentunya memiliki keyakinan bahawa setiap letupan hati, ucapan lisan dan perbuatannya pasti akan ditanya oleh Allah SWT di yaumil hisab (hari pembalasan) nanti. Oleh itu, ia akan melakukan setiap perbuatannya sesuai dengan hukum syara’, termasuk dalam aktiviti mengemban (memikul) dakwah.


Kehidupan Rasulullah SAW adalah kehidupan dakwah, yakni kehidupan mengemban (memikul) risalah Islam untuk disampaikan kepada seluruh umat manusia secara kaffah (menyeluruh) serta perjuangan menghadapi segala bentuk pemikiran kufur dan kehidupan jahiliyah.

Firman Allah SWT yang bermaksud

“Katakanlah: Inilah jalan (dakwah) ku. Aku beserta orang-orang yang mengikutiku (yang) mengajak kalian kepada Allah dengan hujah yang nyata. Maha Suci Allah dan aku tidak termasuk orang-orang yang musyrik.” [Yusuf:108]


Selama 23 tahun Rasulullah berjuang dengan sungguh-sungguh, tak kenal lelah, berdakwah teru-menerus, mengajak manusia kepada Islam dengan dakwah fikiyyah, dakwah siyasiyyah dan dakwah askariyyah.


Disebut dakwah fikiyyah (intelektual) kerana baginda memulai dakwahnya dengan menyebarkan aqidah, pandangan hidup, pemikiran dan pemahaman Islam seraya menyerang segala bentuk pemikiran kufur, pandangan hidup sesat serta menghancurkan semua bentuk kepercayaan (tradisi) jahiliyah. Disebut dakwah siyasiyyah(politikal) kerana di dalam dakwah ini Baginda mengarahkan umat pada terbentuknya suatu kekuatan sebagai pelindung dan pendukung agar Islam menjadi rahmat dan tersebar ke seluruh dunia. Manakala dakwah askariyyah (ketenteraan) adalah dakwah yang dilancarkan melalui strategi dan taktik dalam jihad fi sabilillah.


Rasulullah berjaya dalam mengemban dakwah dengan cemerlang,membina dan membentuk masyarakat Islam, mendirikan daulah (negara) serta menghimpun umat manusia yang sebelumnya terpecah-belah dalam bentuk berbagai kabilah menjadi umat yang satu di bawah panji Islam.


Kejayaan Rasulullah SAW dalam mengemban (memikul) dakwah tentunya kerana apa yang Baginda lakukan merupakan wahyu dari Allah SWT, Dzat Yang Maha Mengetahui keperluan hamba-Nya. Tidak ada satu pun perbuatan Rasulullah yang baginda kerjakan atas kehendak atau keinginan baginda.

Dalam hal ini Allah SWT berfirman

“Katakanlah:…. Aku sekali-kali tidak mengikuti, kecuali apa yang diwahyukan kepadaku.” [al An’aam: 50]

“Dan apa sahaja yang dia (Muhammad) ucapkan itu,sesungguhnya bukanlah bersumber daripada hawa nafsunya, melainkan wahyu yang diwahyukan (kepadanya).”[Surah An-Najm: 4]

“Katakanlah (Muhammad): ‘Aku hanya akan mengikuti apa sahaja yang diwahyukan kepadaku oleh Tuhanku.’ ”[Al-A’raf: 203]

“Aku hanya mengikuti apa yang diwahyukan kepadaku.”[Yunus: 15]

“Aku hanya akan mengikuti apa sahaja yang diwahyukan kepadaku.” [Al-Ahqaq: 9]

“Katakanlah (Muhammad) : ‘Aku hanya akan memberi peringatan kepada kamu dengan wahyu.’ ”[Al-Anbiya’: 45]

Ayat-ayat di atas bermakna bahawa Rasulullah SAW tidak akan melakukan sesuatu perbuatan kecuali berdasarkan wahyu dari Allah SWT, dan agar manusia mengikuti apa yang disampaikan Rasul kepada mereka. Sebagaimana Firman-Nya di ayat yang lain:

“Apa yang diberikan Rasul kepadamu maka terimalah ia. Dan apa yang dilarangnya bagimu maka tinggalkanlah.”[Al-Hasyr: 7]


Pada dasarnya kesempurnaan dakwah yang haqiqi sebagaimana yang dicontohkan oleh Rasulullah SAW pada waktu ini telah berhenti. Semenjak runtuhnya Daulah Khilafah, umat Islam yang dahulunya utuh dan bersatu sebagai ummatan wahidah (umat yang satu), berpecah belah menjadi berbagai bangsa dan negara yang berdiri sendiri-sendiri. Penaklukan Islam (futuhat Islamiyah) yang seharusnya terus berlanjutan, kini terhenti secara langsung. Semua itu disebabkan tidak adanya Daulah (Negara) yang menyatukan umat, sehingga Islam menjadi lemah padahal mulanya kekuatan Islam sangat kukuh dan disegani oleh musuh-musuhnya.


Oleh kerana itu, umat Islam yang ingin bangkit harus menempuh jalan dakwah yang lurus dengan metod (Thoriqah) yang benar dengan cara memahami perjalanan dakwah Rasulullah secara keseluruhan. Dengan cara ini, kejayaan Islam insyaAllah akan dapat dicapai untuk kedua kalinya. Allah lah yang menurunkan agama ini sebagai deen al-fitrah (agama yang sesuai dengan fitrah) , maka Dia jugalah yang mengukuhkan dan memenangkannya dari musuh-musuh Islam, sekalipun mereka berusaha sekuat tenaga untuk melenyapkannya. Dengan mengamati tahap-tahap turunnya Al-Qur’an dan sebab-sebab turunnya Al-Qur’an, maka akan dapat difahami arah dan perjalanan dakwah Rasulullah SAW. Dengan demikian sangat jelas tergambar perbezaan aktiviti dakwah pada dua masa (jangka waktu) yaitu, ‘masa dakwah di Mekah’ (belum berdirinya Daulah Islam (Negara Islam)) dan ‘masa dakwah di Madinah’ (di mana telah berdirinya Daulah Islam).


Masa Dakwah Rasulullah di Mekah

Dengan mengamati perjalanan dakwah di Mekah, akan dapat difahami bahawa Rasulullah SAW berdakwah melalui dua tahap (marhalah). Tahap Pertama adalah Tahap Pembinaan dan Pembentukan manakala Tahap Kedua adalah Tahap Penyebaran Dakwah Secara Terang-terangan dan Melakukan Perjuangan untuk Membentuk Sebuah Masyarakat yang Baru (dari segi pemikiran dan perbuatan).


(1) Tahap Pembinaan dan Pengkaderan(Pembentukan) [Marhalah Tasqif]

Tahap ini dimulai sejak Baginda SAW diutus menjadi Rasul, setelah firman Allah SWT :

“Hai orang yang berselimut (Muhammad), bangunlah, lalu berilah peringatan!” [Al-Muddatstsir: 1-2]

Baginda SAW secara diam-diam (sirriyah) mulai mengajak masyarakat untuk memeluk Islam. Selama tiga tahun Baginda SAW menyampaikan dakwah dalam bentuk ajaran per individu dari rumah ke rumah. Bagi yang menerima dakwah, segera dikumpulkan di rumah seorang sahabat bernama Arqam, sehingga rumah tersebut dikenali sebai Daurul Arqam (rumah Arqam). Di rumah ini setiap hari para sahabat mendengarkan ayat-ayat Al-Qur’an dan penjelasan dari Rasulullah SAW. Pendek kata tempat inilah mereka dibina dan dibentuk dengan bersungguh-sungguh dan terus menerus. Selanjutnya beberapa daripada mereka diutus untuk menyampaikan dakwah kepada yang lain. Di antaranya adalah Khabab bin Arts yang mengajarkan Al-Qur’an di rumah Fatimah binti Khaththab bersama suaminya, yang kemudian dari sinilah Umar bin Khaththab masuk Islam. Walaupun terasa lambat, namun semakin hari semakin bertambah jumlah merekahingga mencapai 40 orang dalam tempoh waktu 3 tahun.


Sememangnya dakwah pada marhalah ini dilakukan secara diam-diam, tetapi bukan bererti Rasulullah takut melaksanakannya secara terang-terangan. Apakah ada yang meragukan rasa yakin Rasulullah SAW bahawa dalam mengembang risalah ini pasti akan mendapat perlindungan daripada Allah SWT? Seandainya dakwah dilaksanakan secara terang-terangan pun, insyaAllah Rasulullah dijamin keselamatannya oleh Allah. Bila demikian, mengapa Rasul melakukannya secara diam-diam?


Jika dikaji secara saksama, maka akan dapat difahami mengapa tahap awal dakwah Rasulullah ini dilakukan secara sirriyah (diam-diam). Suatu konsepsi atau pemikiran yang masih asing dan belum terfikirkan oleh masyarakat, hendaklah terlebih dahulu disampaikan secara diam-diam dengan memperbanyakkan face to face (bersemuka) dan penjelasan. Ternyata terbukti kemudian, aktiviti seperti ini mampu menghasilkan kader(pembetukan kumpulan kecil) dan pendukung teguh yang bersedia mengorbankan apapun untuk meraih cita-cita yang diharapkan. Maka inilah thoriqah (jalan atau cara) yang tepat untuk mengawali dakwah di tengah-tengah masyarakat yang menerapkan aturan jahiliyyah yang sama sekali jauh dari nilai-niali Islam.


Berdasarkan langkah dakwah ini jumhur (majoriti) fuqoha berpendapat bahawa bila kaum muslimin berada pada posisi atau kedudukan lemah, rapuh kekuatannya dan khuatir hancur binasa oleh kekuatan lawan, maka hal ini lebih utamakerana seseorang muslim tidak boleh menyerah kepada kaum kafir atau zalim dan tidak boleh berdiam diri tanpa berjihad melawan orang-orang kafir.

Hal ini terbukti pernah dilakukan oleh Rasulullah SAW pada permulaan dakwah. Saat bersama isterinya yaitu Siti Khadijah, Rasulullah pernah diancam oleh Abu Jahal tatkala solat di depan Ka’bah dan dengan terang-terangan mencela patung-patung berhala yang disembah oleh orang-orang Arab. Ketika di Mina, Rasul bersama Ali bin Abi Thalib menyampaikan kepada orang ramai bahawa suatu masa nanti Kerajaan Rom dan Parsi akan ditakluk oleh Islam.


Menurut periwayan hadis ini, apa yang telah dilakukan oleh Rasulullah SAW dan para pengikutnya yang masih berjumlah tiga orang (Siti Khadijah, Saidina Abu Bakar RA dan Saidina Ali RA) itu adalah untuk menarik perhatian kaum Quraisy agar berfikir tentang hakikat berhala yang dijadikan sebagai tuhan, sebagaimana yang dilakukan oleh Nabi Ibrahim AS.


Dari hal tersebut dapat pula diketahui bahawa sejak awal dakwah Rasulullah SAW bukanlah dakwah ruhiyyah (kerohanian) semata-mata, melainkan juga dakwah siyasiyyah (politik). Kerana tidak mungkin Kerajaan Rom dan Parsi akan dapat ditakluk tanpa niat dan usaha kaum muslimin untuk memperoleh kekuasaan yang berdaulat, kekuasaan yang mampu menggerakkan bala tentera untuk menghancurkan kedua-dua kerajaan itu.



(2) Tahap Interaksi dengan Masyarakat dan Perjuangan [Marhalah tafaa’ul wal kiffah]

Pada tahap ini dakwah Rasulullah berubah dari sembunyi-sembunyi menjadi terang-terangan. Dari aktiviti mendekati individu-individu untuk kemudian disiapkan kutlah (kelompok) menjadi menyeru secara langsung dan terbuka kepada masyarakat seluruhnya. Hal ini dilakukan setelah Rasulullah beserta para pengikutnya mendapat perintah daripada Allah SWT:

“Maka sampaikanlah secara terang-terangan segala apa yang diperintahkan kepadamu dan berpalinglah dari orang-orang musyrik.” [Al-Hijr: 94]

Sejak saat itu maka bermulalah pertempuran antara kekafiran dengan keimanan, dan pertarungan antara pemikiran yang rosak dan tercemar melawan pemikiran yang benar dan suci. Pertempuran yang dasyat pada tahap dakwah itu segera mendapat reaksi keras daripada orang-orang kafir di Mekah. Sehingga menimbulkan tentangan berupa penyiksaan-penyiksaan yang hebat dan datang secara bertubi-tubi. Pada tahap ini, para pengikut Rasulullah SAW sungguh-sungguh diuji sampai sejauh mana kualiti keimanan mereka setelah tiga tahun dibina keperibadiannya (syakhsiyah) di Darul Arqam.


Penyiksaan secara keji terhadap orang-orang yang memeluk Islam banyak terjadi. Penyiksaan terhadap Bilil bin Rabah, keluarga Yasir, Khabab bin Arts, Abu Dzar Al Ghifari, Ibnu Mas’ud, serta boikot yang dilakukan oleh kaum kafir Quraisy terhadap kaum muslimin hanyalah sedikit contoh daripada ujian itu. Di puncak penderitaan itu, Rasulullah SAW berharap ada orang kuat diantara pengikutnya yang dapat melindungi dakwah. Harapan Rasulullah tidak sia-sia. Saidina Hamzah, paman Rasulullah yang sangat disegani, masuk Islam ketika melihat Muhammad Rasulullah dianiaya dan dicaci maki oleh Abu Jahal. Ketika itulah Rasulullah SAW berdoa:

“Ya Allah, kuatkanlah Islam dengan Abu Jahal bin Hisyam atau dengan Umar bin Khathtab.”

Doa Rasulullah yang mengharapkan Umar bin Khaththab masuk Islam menjadi pengajaran bahawa dakwah Islam dimana pun perkembangannya memerlukan pendukung-pendukung yang kuat dari orang-orang yang memiliki pengaruh di hadapan masyarakat.


Pengajaran lain daripada peristiwa- peristiwa itu adalah bahawa penderitaan, ujian dan cubaan merupakan ujian iman untuk memisahkan antara haq dengan yang bathil. Manakah pengikut Rasulullah yang teguh dan bersungguh-sungguh dan mana yang bukan. Kisah-kisah ini sepatutnya menjadi pengajaran bagi semua kaum muslimin untuk tetap dapat istiqomah di jalan dakwah serta ikhlas menegakkan deenullah (Agama Allah), meskipun mendapat ancaman maut, dianiaya dan disiksa oleh penguasa yang zalim. Pengorbanan merupakan hal yang tidak dapat dihindari dalam setiap perjuangan dakwah.


Pada tahap ini, dakwah Rasulullah lebih banyak menggugat mengenai aqidah, sistem serta adat-istiadat jahiliyah orang-orang kafir Mekah. Hal ini dapat dilihat dari ayat-ayat Makiyah yang pada umumnya mengajak manusia untuk memikirkan kejadian alam semesta, agar meninggalkan kepercayaan nenek moyang yang mereka warisi dan amalkan dalam kehidupan mereka.

Ayat-ayat tersebut adalah sebagai berikut:


a) Dalam masalah aqidah, seperti yang tersebut dalam firman Allah SWT:

“….. orang-orang yang hidup mewah di negeri itu berkata: ‘Sesungguhnya kami mendapati bapak-bapak kami menganut suatu agama dan sesungguhnya kami adaqlah pengikut jejak-jejak mereka.’ (Rasul itu) berkata: ‘Apakah kamu akan mengikutinya juga sekalipun aku untukmu agama yang lebih nyata memberi petunjuk daripada apa yang kamu dapati bapak-bapakmu menganutnya?’….”[Az Zukhruf: 23-24]


b) Dalam Bidang Sosial, Allah SWT berfirman:

“Apabila seseorang dari mereka diberi kabar dengan (kelahiran) anak perempuan, merah padamlah mukanya dan dia sangat marah. Dia menyembunyikan diri dari orang ramai kerana buruknya berita yang disampaikan kepadanya. Apakah dia akan memeliharanya dengan menanggung kehinaan ataukah akan menguburnya dalam tanah. Ketahuilah, alangkah buruknya yang mereka tetapkan itu.” [An Nahl: 58-59]


c) Dalam Bidang Ekonomi,Allah SWT berfirman:

“Orang-orang yang menimbunkan emas dan perak serta tidak menafkahkannya di jalan Allah, beritahukanlah kepada mereka azab yang amat pedih.”[At Taubah: 34]


Aktiviti dakwah yang dilakukan Rasulullah SAW membuatkan para tokoh pemimpin kafir Quraisy bertindak berkumpul di Darun Nadwah untuk membincangkan perilaku dan dakwah Rasulullah SAW yang telah menyusahkan mereka serta menggoncang kepimpinan mereka ke atas kaum Quraisy. Kemudian dibuat-buat isu bahawa Muhammad memiliki kata-kata yang menyihir, yang dapat memisahkan seseorang dengan isterinya, dari keluarganya, dan bahkan dari kaumnya. Akan tetapi kemudian Allah SWT mengkabarkan kepada Rasulullah SAW mengenai persekongkolan ini denagan firman-Nya:

“Sesungguhnya dia telah memikirkan dan menetapkan (apa yang ditetapkannya). Maka celakalah dia, bagaimanakah dia menetapkan? Kemudian celakalah dia, bagaimanakah dia menetapkan? Kemudian dia memikirkan.Sesudah itu, dia bermasam muka dan merungut. Kemudian dia berpaling (dari kebenaran) dan menyombongkan diri. Lalu dia berkata: ‘(Al-Quran) ini tidak lain hanyalah sihir yang dipelajari (dari orang-orang dahulu). Ini tidak lain hanyalah perkataan manusia.’ Aku (Allah SWT) akan memasukkannya ke dalam (neraka) Saqar.” [Al-Muddatstsir: 18-26]


Tatkala para pemimpin Mekah mengalami kejumudan dan mulai menyakiti Rasul setelah paman Baginda RAW, Abu Thalib wafat. Rasulullah berusaha mencari pendukung ke kota Tha’if. Tetapi usaha Baginda tidak berhasil bahkan disambut dengan penghinaan dan lemparan batu.

Rasulullah juga menyeru para pemuka kabilah-kabilah Arab. Baginda berkata kepada mereka,

“Ya Bani fulan! Saya adalah utusan Allahbagi kalian, dan menyeru kepada kalianuntuk beribadah kepada Allah dan tidak menyekutukan-Nya, dan agar kalian meninggalkan apa yang kalian sembah, agar kalian beriman kepadaku dan percaya kepadaku, dan agar kalian membela dan melindungiku, sehingga aku bisa menjelaskan apa yang telah disampaikan Allah kepadaku.”


Dalam Sirah Ibnu Hisyam diriwayatkan, “Zuhri menceritakan bahawa Rasulullah SAW mendatangi secara peribadi Bani Kalban, akan tetapi mereka menolak. Baginda juga mendatangi Bani Hanifah, dan meminta kepada mereka nusroh (pertolongan) dan kekuatan, namun tidak ada orang Arab yang lebih keji penolakannya terhadap Baginda kecuali Bani Hanifah. Baginda juga mendatangi Bani Amir bin Sha’sha’ah, mendoakan mereka kepada Allah dan meminta kepada mereka secara peribadi. Kemudian berkatalah seorang laki-laki dari mereka yang bernama Baiharah bin Firas: ‘Demi Allah, seandainya aku mengabulkan pemuda Quraisy ini, sungguh orang Arab akan murka.’ Kemudian ia berkata: ‘Apa pendapatmu jika kami membai’atmu atas urusan kamu, kemudian Allah memenangkanmu atas orang yang menyisihmu, apakah kami akan diberi kekuasaan setelah engkau?’ Rasulullah SAW berkata kepadanya: ‘Urusan (kekuasaan) itu hanyalah milik Allah, yang Dia berikan kepada siapa saja yang Dia kehendaki.’ Baiharah berkata: ‘Apakah kami menyerahkan leher-leher kami kepada orang Arab padahal jika Allah memenangkan kamu, urusan (kekuasaan) itu bukan untuk kami. Kami tidak perlu urusanmu.’ ”


Baginda SAW selain aktif berdakwah kepada kabilah-kabilah di sekitar Mekah, Baginda juga mendatangi kabilah-kabilah di luar Mekah yang datang tiap-tiap tahun ke Mekah, baik untuk berdagang mahupun untuk mengunjungiKa’bah, di jalan-jalan, pasar Ukadz, dan Mina. Sampai suatu ketika pada musim haji, datanglah serombongan orang dari suku Aus dan Khazraj dari Yatsrib (Madinah). Kesempatan ini digunakan oleh Rasulullah SAW untuk menyampaikan dakwah. Ketika rombongan ini mendengar ajakan Rasul, satu sama lain antara mereka saling berpandangan sambil berkata: “Demi Allah, dia ini seorang nabi seperti yang dianjurkan orang-orang Yahudi kepada kami.”


Kemudian mereka menerima dakwah Rasulullah SAW sambil berkata: ‘Kami tinggalkan kaum kami disana dan tidak ada pertentangan serta permusuhan antara kaum kamidengan kaum yang lain, mudah-mudahan Allah SWT mempertemukan mereka denganmu dan menerima dakwahmu, maka tidak ada lagi orang yang paling mulia darimu.’ [Sirah Ibnu Hisyam 1: 428]


Tatkala tahun berikutnya tiba dan musim haji datang, dua belas orang lelaki dari penduduk Madinah bertemu dengan Rasulullah SAW di Aqobah. Mereka berbai’at kepada Rasulullah SAW yang dikenal dengan Bai’atul Aqabah.

Isi baiat (Pengistiharan untuk patuh) tersebut adalah:

“Tidak menyekutukan Allah, tidak mencuri, tidak berzina dan tidak membunuh anak-anak kecil, tidak berbohong serta tidak menentang Rasulullah dalam perbuatan ma’ruf.”[ Hadis Riwayat Bukhari ]

Setelah bai’at itu, mereka kembali ke Madinah bersama utusan Rasul, yaitu Mush’ab bin Umair untuk mengajarkan Al-Quran dan hukum agama. Pada tahun berikutnya, Mush’ab bin Umair kembali ke Mekah bersama tujuh puluh lima orang Madinah yang telah masuk Islam. Dua diantaranya adalah wanita dan mereka membai’at Rasulullah SAW. Bai’at ini dinamakan Bai’atul Aqabah II. Selesai melakukan bai’at, Rasulullah menunjuk dua belas orang untuk menjadi pemimpin masing-masing qabilah mereka.

Abbas bin Ubadah, salah seorang dari mereka berkata kepada Rasulullah:

“Demi Allah yang mengutusmu dengan kebenaran, bila engkau mengizinkan, kami akan perangi penduduk Mina besok pagi dengan pedang-pedang kami.”

Jawab Rasulullah SAW:

“Kita belum diperintahkan untuk itu, dan lebih baik kembalilah ke kenderaanmu masing-masing.”[Sirah Al Halabiah II: 176]


Jelas bahawa sebelum hijrah ke Madinah dan membangunkan Daulah di Madinah, kewajiban berjihad di dalam Islam belum diperintahkan. Dengan demikian dapat diketahui bahawa dakwah Rasulullah dalam masa Mekah adalah dakwah dalam rangka memperkenalkan Islam melalui dakwah fikriyyah (intelektual) kemudian membina umat, mengatur barisan dan menyusun kekuatan untuk kemudian Hijrah ke Madinah.


Masa Dakwah Rasulullah di Madinah

Hijrahnya kaum muslimin ke Madinah adalah sebagai awal mula marhalah (tahap) dakwah ketiga, yaitu Marhalah Tathbiq Al-Ahkaam Al-Islami (Penerapan Syari’at Islam). Hal ini tandai dengan didirikannya Daulah Islamiyah (Negara Islam) sebagai pelaksana hukum Islam dan sebagai pengemban (pemikul) risalah Islam ke seluruh pepenjuru dunia melalui dakwah dan jihad. Ada pun tahap ketiga ini dimulai dengan tibanya Rasulullah ke Madinah melalui peristiwa hijrah Rasulullah pada tahun 622M bersama sahabat baginda, Abu Bakar. Setibanya di Madinah, Rasulullah SAW melakukan aktiviti sebagai berikut:


1. Membangun Masjid

Rasulullah SAW memerintahkan para sahabat membangun Masjid. Pembangunan masjid mempunyai erti yang sangat penting bagi pembangunan masyarakat Islam yang terdiri daripada individu-individu muslim yang sentiasa berpegang teguh kepada aqidah dan syari’at Islam.

Rasulullah SAW menjadikan masjid tidak hanya sebagai tempat solat melainkan juga sebagai tempat berkumpul, bermusyawarah, membina ukhuwah dan aqidah Islam serta mengatiur berbagai persoalan kaum muslimin sekaligus memutuskan hukum di antara mereka.


2. Membina Ukhuwah Islamiah

Aktiviti selanjutnya yang dilakukan Rasulullah SAW adalah mempersaudarakan antara kaum Anshar dan Muhajirin. Persaudaraan yang digambarkan oleh Rasulullah SAW ibarat satu tubuh. Bila salah satu anggota tubuh ditimpa kesakitan maka seluruh tubuhnya merasakan sakit. Persaudaraan yang mendarah daging mengalir dalam tubuh setiap umat sehingga lenyap sama sekali segala bentuk fanatik golongan, suku bangsa dan perkauman.


Rasulullah mempersaudarakan Bilal yang berkulit hitam dari Afrika dengan Abu Ruwaim Al-Khutsa’mi, Salman Al Farisi dari Parsi dengan Mus’ab bin Umair dan lain sebagainya. Persaudaraan ini tidak hanya sampai batas mewarisi harta bahkan isteri (saat itu belum ada larangannya), sebagaimana yang terjadi antara Sa’ad bin Rabi dari kaum Anshar dengan Abdurrahman bin Auf dari kaum Muhajirin sehingga kata Sa’ad bin Rabi:

“Aku adalah orang Anshar yang paling kaya, inilah hartaku, aku bahagikan antara kita berdua. Aku mempunyai dua isteri, kuceraikan seorang dan kahwinilah olehmu.”[Sirah Al Halabiyah II: 292]

Persaudaraan dengan ikatan Aqidah Islamiah ini semakin bertambah kukuh setelah dinaungi sebuah Daulah dibawah kepimpinan Rasulullah SAW yang menerapkan Sistem Islam.


3. Menyusun Piagam Perjanjian

Setelah Islam datang dan terbentuk masyarakat Islam di Madinah, gambaran dan pola hubungan antara masyarakat Yahudi dan Islam semakin tampak perbezaannya. Oleh kerana itu harus ada kebijaksanaan hukum yang mengatur hubungan mereka dengan kaum muslimin.


Rasulullah SAW kemudian membuat perjanjian (piagam Madinah). Istilah sekarang disebut Undang-Undang Dasar yang berfungsi sebagai suatu manhaj (jalan atau strategi pengamanan) dalam mengatur atau membuat batasan-batasan yang menyangkut interaksi antara kabilah-kabilah Yahudi dan kaum muslimin. Lebih dari itu isi perjajian mencakup pula hubungan negara dengan masyarakat atau masyarakat dengan negara. Dr. Musthafa Asy Siba’I dalam bukunya ‘Sirah Nabawiyyah Duruus wal Ibral’ mengemukakan pokok-pokok isi perjanjian tersebut seperti yang berikut:

1) Kesatuan umat Islam tanpa mengenal perbezaan suku, bangsa dan kaum.

2) Persamaan hak dan kewajiban bagi seluruh warga masyarakat.

3) Gotong-royong dalam segala hal yang bukan kezaliman, dosa dan permusuhan.

4) Kompak dalam menentukan hubungan dengan musuh-musuh Islam.

5) Membangunkan suatu masyarakat dalam suatu sistem yang sebaik-baiknya.

6) Melawan orang-orang yang menentang negara dan membangkang sistemnya.

7) Melindungi orang yang ingin hidup berdampingan dengan orang Islam dan tidak boleh berbuat zalim kepadanya.

8) Umat non-muslim bebas melaksanakan agamanya dan tidak boleh dipaksaumat Islam dam tidak diganggu harta bendanya.

9) Umat non-Muslim harus ambil bahagiaan dalam pembiayaan negara sebagaimana umat Islam.

10) Umat non-muslim harus saling membantu dengan umat Islam untuk menolak bahaya yang akan mengancamnegara.

11) Umat Islam dan non-muslim tidak boleh melindungi musuh negara dan orang-orang yang memusuhi negara.

12) Warga negara bebas keluar masuk negara selama tidak merugikan negara.

13) Ikatan sesama anggota masyarakat didasarkan prinsip tolong-menolong untuk kebaikan dan ketakwaan. Tidak atas dosa dan aniaya.

14) Dasar-dasar tersebut ditunjang oleh dua kekuatan. Kekuatan ruh (spritual) yaitu imannya kepada Allah, keyakinan akan pengawasan dan perlindungan Allah bagi orang yang berbuat baik. Begitu pula jika ditunjang oleh kekuatan meterialistik (kebendaan) yaitu kepimpinan negara yang dipimpin oleh Rasulullah SAW.


4. Strategi Politik dan Militeri (k etenteraan)

Dalam rangka menyebarkan dakwah Islam ke luar negeri Madinah, sekaligus mengumumkan kepada bangsa Arab dan bangsa-bangsa lain mengenai berdirinya Daulah Islamiah, maka diambil beberapa langkah lanjutan sebagai berikut:

1) Mengirim surat (mengajak kepada Islam (dakwah Islam), jika tidak mahu menerima Islam sebagai agama, mestilah patuh dengan hukum Islam di bawah Daulah Islam)kepada kepala-kepala negara/ kerajaan, pimpinan kabilah/suku yang ada di sekitar jazirah Arab.

2) Memaklumkan perang kepada orang-orang yang menetang dakwah Islam.

3) Memerangi kabilah-kabilah yang mengkhianati perjanjian perdamaian bersama kaum muslimin.

4) Menjadikan Daulah Islamiah sebagai satu kekuatan yang disegani dan ditakuti lawan-lawannya.


Melalui penelitian dan penghayatan langkah-langkah dakwah Rasulullah sejak masa Mekah hingga masa Madinah dapat disimpulkan bahawa pada masa Mekah, Baginda lebih bersikap sebagai seorang da’ie, muballigh, imam dan sekaligus sebagai tokoh politik dan pemimpin jemaah kaum muslimin. Manakala dalam masa Madinah, baginda bukan hanya berperana sebagai seorang Rasul, tetapi juga sebagai kepala negara di dalam pemerintahan Daulah Islamiah (Khilafah).


Keberhasilan para da’ie penerus dakwah sangat ditentukan oleh sejauh mana kesetiaannya mengikuti jejak langkah (Thoriqah) dakwah Rasulullah SAW. Mudah-mudahan kita sentiasa dianugerahkan taufiq dan hidayah daripada-Nya dalam menegakkan Islam di bumi Allah ini.


Ingatlah bahawa menerapkan Islam di dalam kehidupan secara menyeluruh adalah suatu kewajiban dan Islam akan terlaksana sepenuhnya dengan adanya Daulah iaitu Khilafah Islam. Maka mendirikan semula Khilafah adalah wajib. Untuk mendirikan Khilafah perlu adanya usaha ke arah mendirikannya. Maka usaha-usaha ke arah mendirikan Khilafah juga hukumnya menjadi wajib tatkala dunia ketiadaan Khilafah di zaman ini. Dan usaha untuk mendirikan semula Khilafah mestilah dilakukan melalui thoriqah (jalan atau cara) sebagaimana yang telah ditunjukkan oleh Baginda SAW kerana apa sahaja yang dilakukan oleh Baginda bukanlah menurut hawa nafsunya melainkan adalah merupakan wahyu daripada Allah. Ini beerti thoriqah tersebut adalah merupakan perintah Allah iaitu hukum syara’ yang wajib diikuti. Oleh kerana itu, umat Islam yang ingin bangkit harus melalui jalan dakwah yang lurus dengan metod (thoriqah) yang benar dengan cara memahami perjalanan dakwah Rasulullah secara keseluruhan, mengikuti dan melaklaksanakannya. Moga jalan dakwah yang telah dilakukan Rasulullah ini akan menjadi teladan dalam usaha untuk membangkitkan umat Islam dan mencapai kejayaan dalam menegakkan syi’ar Islam buat kedua kalinya. InsyaAllah..

“Kamu (ummat Islam) adalah umat terbaik yang dikeluarkan untuk manusia, menyeru yang ma’ruf dan mencegah yang mungkar,dan beriman kepada Allah” [Surah Ali Imran ayat 110]

Dikutip dari: http://padukasufi.blogspot.com/2010/01/teladan-dakwah-rasulullah.html

Berani Menghadapi Perubahan



Oleh Prof. Dr. Ir. Irwan Effendi, MSc.

Kepala Dinas Pendidikan Propinsi Riau,
Guru Besar Universitas Riau


Perubahan pasti akan terjadi. Tidak ada seorang pun yang sanggup menahan apalagi menghentikannya. Perubahan adalah hukum alam. Melawan perubahan sama artinya dengan melawan arus besar alam semesta. Dapat dipastikan tak ada satu pun kekuataan di dunia ini yang sanggup melawan hukum alam tersebut, sesuatu yang pasti akan terjadi.

Dalam sejarah peradaban manusia, selalu mengalami fase perkembangan dan kejayaan yang silih berganti. Peradaban besar timbul lalu tenggelam digantikan dengan peradaban baru. Dalam rentang ribuan tahun, sejarah manusia telah mencatat puluhan peradaban besar yang pernah jaya dan gemilang di masanya. Mesopotamia, Babilon, Mesir kuno, Mongol, Tiongkok, Sriwijaya, Majapahit, Dinasti Islamiah dan puluhan peradaban besar lainnya bertumbangan dan kini tinggal menghuni di lembaran catatan sejarah dunia.

Kemajuan ilmu pengetahuan, teknologi dan informasi telah menjadikan dunia mengecil. Batasan ruang dan waktu menjadi nisbih. Akses informasi bukan lagi hak segelintir para elit istana atau orang-orang dekat kaisar. Semua orang dengan mudahnya mendapatkan informasi terbaru tanpa lagi memandang apa siapanya ia. Piranti komunikasi yang telah mendekomposisi sekat-sekat ruang dan waktu menjadikan perubahan menjadi putaran roda yang kian kencang. Siapa saja yang lalai dan abai sudah dapat dipastikan ia akan tergilas perubahan.

Internet, handphone, iPod, blog, facebook, twiter, milist yang lebih interaktif dan bersifat dua arah telah mengalahkan pernanan komunikasi satu arah ala televisi dan radio. Makin interaktifnya komunikasi dan jejaring informasi yang kian mudah diakses dan simpel telah merubah kepercayaan orang. Sebelumnya, otoritas yang berhak dipercaya adalah raja-raja, tetua adat, alim ulama dan orang cerdik pandai. Tapi kini orang lebih percaya pada komunitas yang dibangun oleh manda komunikasi yang disebutkan di atas. Sebut saja dalam kasus yang lagi hangat-hangatnya tentang kasus perseteruan beberapa petinggi di lembaga tinggi penegak hukum negara ini (KPK, Polri dan Kejakasaan), dengan cepatnya orang meragukan seorang SBY lantaran serangan opini yang dibangun di “satu juta dukungan facebook”.

Tanpa ada peraturan yang mengaturnya, semua orang merasa satu hati dan satu pikiran ketika telah bergabung dalam sebuah komunitas di dunia maya seperti facebook, twiter dan blog. Perubahan yang begitu revolusioner dalam sistem komunikasi telah mendatangkan dinamisasi yang luar biasa terhadap akses informasi. Kecanggihan manda pendukungnya telah kian meningkatkan mobilisasi individu. Dunia telah menjadi satu tanpa sekat ruang dan waktu.

Dalam hal ini, diri setiap kita tetaplah manusia yang berkomposisi sama, memiliki raga, jiwa dan hati. Pendulangan yang begitu berlebihan terhadap kegesitan raga telah menyedot kita dalam pertarungan yang ketat untuk mempertahankan eksistensi. Berapa banyak orang-orang hebat yang bahkan dipuja manusia setengah dewa, yang telah mampu menggapai semua apa yang menjadi impian oleh sebagian besar menusia lainnya, tapi menderita ketimpangan kepribadian.

Semua sarana dan fasilitas hidup yang serba canggih tersebut hanya diperuntukkan bagi kebutuhan fisik saja. Padahal manusia juga butuh keseimbangan diri yakni pemenuhan bagi kebutuhan lahir dan batin. Manusia juga butuh memberikan asupan gizi bagi jiwanya. Betapa banyak manusia modern yang terjebak dalam perubahan yang dibuatnya sendiri lalu tersedot dalam pusaran materialisme. Namun sayangnya, “dewa materialisme” tersebut telah gagal menjadikan manusia menjadi sosok yang bahagia secara paripurna.

Dr. Carl Jung menulis dalam bukunya The Modern Man In Search of Spiritual telah melakukan kajian yang mendalam, bahwa pengabaian terhadap nilai-nilai spiritual merupakan kejahatan individu yang sangat berbahaya. Banyak kajian lain yang telah menandaskan kepada kita bahwa materialisme bukanlah sebagai penentu segala keberhasilan dan kebahagian seseorang.

Kegagalan orang dalam menghadapi perubahan bukan serta merta disandarkan kepada mereka yang tidak mampu mengumpulkan segala kebendaan yang bernama harta kekayaan. Walau kenyataannya orang-orang yang mampu mengungguli perubahan selalu diidentikan dengan mereka yang mampu meraup dolar sebanyak-banyaknya. Perubahan bagi mereka yang berpaham materialisme adalah perubahan untuk menangguk keuntungan. Jadi keberhasilan diukur dari seberapa banyak dolar yang mereka bukukan. Sedangkan kegagalan menghadapi badai perubahan selalu disandingkan dengan kebangkrutan.
Kenyataan yang sebenarnya, kegagalan dalam menyikapi perubahan adalah terletak pada ketidakseimbangan pada kepribadian seseorang. Boleh saja ia bangkrut karena perubahan ekstrim dalam perekonomian dunia. Namun ia tak kehilangan gairah untuk bangkit lalu mampu berdiri kembali dari keterpurukan. Mereka yang berhasil mengarungi perubahan seekstrim apapun tapi tampil sebagai sosok yang rakus, tamak, dan tak bisa bersyukur bukanlah mereka yang masuk kategori ini. Dalam peradaban manapun yang pernah kita baca dalam buku sejarah dunia, sikap tamak, rakus, sombong, juwana, kikir dan tak bersyukur adalah musabab paling meyakinkan akan kehancurannnya.
Perubahan selalu saja mendatangkan sesuatu yang baru. Keberadan kita dalam sebuah perubahan tidaklah senantiasa berada dalam posisi berhadap-hadapan. Prinsipnya, perubahan tak bisa dilawan dengan kekuatan apapun. Pilihannya hanya satu, mengikuti perubahan tersebut. Buku ini ingin memberikan penyegaran bagi siapa saja yang membacanya, bahwa perubahan itu bukanlah sesuatu yang menggamangkan dan menakutkan. Penyikapan diri yang benar terjadap perubahan tersebut adalah kuncinya. Formula yang ditawarkan dalam buku ini sangat simpel dan mudah dipahami, yakni bersyukur. Betapa banyak dari kita yang tidak pandai bersyukur terhadap karunia yang kita terimah dalam hidup ini. Ketidakpandaian bersyukur itulah yang menggiring manusia menjadi pendurhaka dan pembangkang. Kenyataannya yang kita baca dalam buku-buku sejarah mana pun, bahwa para pendurhaka dan pembangkang selalu gagal dan kalah dalam menghadapi perubahan.

Bersyukur merupakan tangga awal dan terpenting untuk dapat mengumpulkan energi positif sebanyak-banyaknya dari semesta. Darinya timbul pikiran positif yang mampu membaca dengan jernih potensi-potensi yang kita miliki. Selain itu, bersyukur akan menjadikan hidup ini sebagai rumah yang penuh keramahan, kehangatan dan kedamaian. Dalam banyak kasus, hanya orang yang pandai bersyukurlah yang lebih sabar dan tegar menghadapi kesulitan sesulit apapun. Semoga setelah membaca buku ini menjadikan kita sebagai orang yang paling siap menghadapi perubahan.***


Pekanbaru, Akhir November 2009
Diambil dari Epilog buku My Strawberry, penulis: Joni Lis Efendi, Penerbit: Abdika, 2010

Asmaul Husna




Di dalam kitab suci Al-Qur’an Allah SWT disebut juga dengan nama-nama sebutan yang berjumlah 99 nama yang masing-masing memiliki arti yang bersifat baik, agung dan bagus. Secara ringkas dan sederhana Asmaul Husna adalah 99 nama Allah SWT.

Firman Allah SWT dalam surat Al-Araf ayat 180 :

“Allah mempunyai asmaul husna, maka bermohonlah kepadaNya dengan menyebut asmaul husna itu dan tinggalkanlah orang-orang yang menyimpang dari kebenaran dalam (menyebut) nama-namaNya. Nanti mereka akan mendapat balasan terhadap apa yang telah mereka kerjakan”.

Dalam pemberian nama anak, Islam menyarankan agar nama anak tsb tidak langsung diberi nama seperti salah satu nama Asma’ul husna. Akan tetapi sebaiknya dipadukan dengan kata lain seperti “Abdul” yang berarti hamba. Misalnya Rahman menjadi Abdul Rahman, Abdul Ghaffar, Abdul Salam, dst.

Adapun daftar Asmaul Husna adalah sbb:

01 Ar-Rahman -Yang Maha Pemurah
02 Ar-Rahim -Yang Maha Mengasihi
03 Al-Malik -Yang Maha Menguasai
04 Al-Quddus -Yang Maha Suci
05 Al- Sallam -Yang Maha Selamat Sejahtera
06 Al-Mu’min -Yang Maha Melimpahkan Keamanan
07 Al-Muhaimin -Yang Maha Pengawal serta Pengawas
08 Al-Aziz -Yang Maha Berkuasa
09 Al-Jabbar -Yang Maha Kuat
10 Al-Mutakabir -Yang Melengkapi Segala Ke Besarannya
11 Al-Khaliq -Yang Maha Pencipta
12 Al-Bari -Yang Maha Menjadikan
13 Al-Musawwir -Yang Maha Pembentuk
14 Al-Ghaffar -Yang Maha Pengampun
15 Al-Qahhar -Yang Maha Perkasa
16 Al-Wahhab -Yang Maha Penganugerah
17 Al-Razzaq -Yang Maha Pemberi Rezeki
18 Al-Fattah -Yang Maha Pembuka
19 Al-’Alim -Yang Maha Mengetahui
20 Al-Qabidh -Yang Maha Pengekang
21 Al-Basit -Yang Maha Melimpah Nikmat
22 Al-Khafidh -Yang Maha Perendah (Pengurang)
23 Ar-Rafi’ -Yang Maha Peninggi
24 Al-Mu’izz -Yang Maha Mengasihi dan menghormati (Memuliakan)
25 Al-Muzill -Yang Maha Menghina
26 As-Sami’ -Yang Maha Mendengar
27 Al-Basir -Yang Maha Melihat
28 Al-Hakam -Yang Maha Mengadili
29 Al-’Adl -Yang Maha ‘Adil
30 Al-Latif -Yang Maha Lembut serta Halus
31 Al-Khabir -Yang Maha Mengetahui
32 Al-Halim -Yang Maha Penyabar
33 Al-’Azim -Yang Maha Agung
34 Al-Ghafur -Yang Maha Pengampun
35 Asy-Syakur -Yang Maha Bersyukur
36 Al-’Aliy -Yang Maha Tinggi serta Mulia
37 Al-Kabir -Yang Maha Besar
38 Al-Hafiz -Yang Maha Memelihara
39 Al-Muqit -Yang Maha Menjaga
40 Al-Hasib -Yang Maha Penghitung
41 Al-Jalil -Yang Maha Besar serta Mulia
42 Al-Karim -Yang Maha Pemurah
43 Ar-Raqib -Yang Maha Waspada
44 Al-Mujib -Yang Maha Pengkabul
45 Al-Wasi’ -Yang Maha Luas
46 Al-Hakim -Yang Maha Bijaksana
47 Al-Wadud -Yang Maha Penyayang
48 Al-Majid -Yang Maha Mulia
49 Al-Ba’ith -Yang Maha Membangkitkan Semula
50 Asy-Syahid -Yang Maha Menyaksi
51 Al-Haqq -Yang Maha Benar
52 Al-Wakil -Yang Maha Pentadbir
53 Al-Qawiy -Yang Maha Kuat
54 Al-Matin -Yang Maha Teguh
55 Al-Waliy -Yang Maha Melindungi
56 Al-Hamid -Yang Maha Terpuji
57 Al-Muhsi -Yang Maha Penghitung
58 Al-Mubdi -Yang Maha Pencipta dari Asal
59 Al-Mu’id -Yang Maha Mengembali serta Memulihkan
60 Al-Muhyi -Yang Maha Menghidupkan
61 Al-Mumit -Yang Mematikan
62 Al-Hayy -Yang Senantiasa Hidup
63 Al-Qayyum -Yang Hidup serta Berdiri Sendiri
64 Al-Wajid -Yang Maha Penemu
65 Al-Majid -Yang Maha Mulia
66 Al-Wahid -Yang Maha Esa
67 Al-Ahad -Yang Tunggal
68 As-Samad -Yang Menjadi Tumpuan
69 Al-Qadir -Yang Maha Berupaya
70 Al-Muqtadir -Yang Maha Berkuasa
71 Al-Muqaddim -Yang Maha Menyegera
72 Al-Mu’akhkhir -Yang Maha Penangguh
73 Al-Awwal -Yang Pertama
74 Al-Akhir -Yang Akhir
75 Az-Zahir -Yang Zahir
76 Al-Batin -Yang Batin
77 Al-Wali -Yang Wali / Yang Memerintah
78 Al-Muta’ali -Yang Maha Tinggi serta Mulia
79 Al-Barr -Yang banyak membuat kebajikan
80 At-Tawwab -Yang Menerima Taubat
81 Al-Muntaqim -Yang Menghukum (mereka yang bersalah)
82 Al-’Afuw -Yang Maha Pengampun
83 Ar-Ra’uf -Yang Maha Pengasih serta Penyayang
84 Malik-ul-Mulk -Pemilik Kedaulatan Yang Kekal
85 Dzul-Jalal-Wal-Ikram -Yang Mempunyai Kebesaran dan Kemuliaan
86 Al-Muqsit -Yang Maha Saksama
87- Al-Jami’ -Yang Maha Pengumpul
88- Al-Ghaniy -Yang Maha Kaya serta Serba Lengkap
89- Al-Mughni -Yang Maha Mengkayakan dan Memakmurkan
90 Al-Mani’ -Yang Maha Pencegah
91 Al-Darr -Yang Mendatangkan Mudharat
92 Al-Nafi’ -Yang Memberi Manfaat
93 Al-Nur -Yang bercahaya
94 Al-Hadi -Yang Memimpin dan Memberi Pertunjuk
95 Al-Badi’ -Yang Maha Pencipta Yang Tiada BandinganNya
96 Al-Baqi -Yang Maha Kekal
97 Al-Warith -Yang Maha Mewarisi
98 Ar-Rasyid -Yang Memimpin (Ke arah Kebenaran)
99 As-Sabur -Yang Maha Penyabar

Senin, 05 Juli 2010

Ketika Pilihan Tak Seindah Harapan





Oleh: Joni Lis Efendi

Penulis buku My Strawberry (Abdika, 2010)

Jika pilihan itu hanya mengandalkan logika hati dan desiran suara hati yang terkontaminasi keserakahan dan ketamakan, pantaskah kita mengatakan telah membuat keputusan terbaik atau telah memilih pilihan yang paling benar? Padahal nyatanya tidak sedikit tangis yang meledak setelah pilihan dijatuhkan, ternyata itu bukanlah yang terbaik. Bukan satu atau dua orang yang menyesali mengambil sebuah keputusan atau pilihan, ternyata keputusan dan pilihannya itu jutsru telah mengkhianati dirinya sendiri.

"Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal itu baik bagimu, dan belum jadi kamu menyukai sesuatu padahal itu tidak baik bagimu. Allah mengetahui, sedangkan kamu tidak mengetahui." (QS. Al-Baqarah: 216)

Kita memiliki akal dan pikiran, nafsu, dan hati nurani sehingga memiliki banyak pilihan dan perbandingan. Namun semua yang ada pada diri kita banyak kebatasannya. Kita butuh orang lain untuk menupang kesuksesan hidup kita. Begitu juga untuk mereguk kebahagian, juga harus melibatkan orang lain, apakah itu orang tua, istri/suami, anak-anak, teman, sahabat, mitra bisnis atau rekan kerja. Tapi jika untuk mendapatkan pilihan yang terbaik dan yang mampu menenangkan hati, sandarkan semuanya kepada Allah.

Shalat istikharalah dua rakaat, dalam kekhusyukan hati mintalah ketetapan hati untuk merengkuh pilihan terbaik atas keridhaan-Nya. Beres. Jika ternyata itu tidak sesuai dengan harapan, Anda akan jauh lebih tenang dan tanpa perlu membuang energi penyesalan apalagi linangan air mata. Karena Anda yakin bahwa Allah lebih tahu apa yang terbaik yang akan diberikan-Nya sebagai ganti. Berita bahagianya, jika Anda ikhlas menerima qada dan qadar dari Allah, Anda berhak untuk mendapatkan pahala yang lebih baik dari emas sebesar gunung uhud. Wallahu a'lam bish-shawab.

Mari kita belajar dari perjalanan mulia Rasulullah Saw yang terusir dari kampung halaman, tanah kelahirannya demi membela dakwah dan tegaknya kalimat Allah di muka bumi. Demi pilihan yang telah Nabi Saw kukuhkan dalam menyebarkan dakwah Islam, beliau ikhlas harus menegak semua kepahitan dan kegetiran dalam menegakkan Dinul Islam. Beliau diusir dari Makkah dengan diburu-buru oleh orang-orang kafir Quraisy. Abu Bakar ra. demikian cemasnya ketika mereka bersembunyi dalam gua selama tiga hari tiga malam. Padahal orang-orang kafir Quraisy telah sampai ke tempat mereka dan persis tepat ada di atas mereka. Namun Allah menyelamatkan kekasihnya, Rasulullah Saw dan sahabatnya Abu Bakar ra sampai ke Yatsrib, Madinah.

Bacalah riwayat imam mashab, Ahmad bin Hanbal yang pernah dipenjara dan dihukum dera lantaran mempertahankan pendirian imannya dari fitnah besar waktu itu. Beliau lebih memilih iman dan ilmu di atas kebodohan orang-orang yang mengatakan Al-Quran adalah makhluk. Allah pun memuliakannya, orang-orang pun mencintainya. Ibnu Taimiyyah dikerangkeng bertahun-tahun dalam jeruji penjara, tetapi beliau justru banyak menulis karya-karya besar. As-Sarakhsi pernah dikurung di dasar sumur selama bertahun-tahun, tetapi di tempat itulah dia berhasil mengarang buku sebanyak dua puluh jilid. Ketika pilihan semata-mata disandarkan kepada kehendak-Nya dengan segenap hati dan sepenuh ikhlas, Allah akan memberikan yang terbaik. Pilihan yang terbaik menurut Allah, adalah yang sebaik-baiknya bagi kita.